Kamis, 24 September 2009

SIKAP SEORANG MUSLIM

MENSIKAPI BERITA DAN MENGELOLA PERBEDAAN

Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang yang fasik membawa suatu berita,
maka perikasalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpahkan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang mengakibatkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. 49 : 6)

Saudaraku seiman rahimakumullah, mari kita buka kembali lembar sejarah Rasulullah SAW. betapa susahnya beliau ketika tersebar berita bohong tentang perselingkuhan antara istri beliau Aisyah ra. dengan shafwan ra. yang dimotori Abdullah bin Ubay bin Salul. Padahal keduanya adalah orang-orang yang mulia dan bersih dari tuduhan kotor itu. Akan tetapi berita bohong sudah terlanjur menyebar keseluruh pelosok negeri, banyak orang termakan olehnya, dan menciptakan instabilitas didalam rumah tangga Rasulullah SAW. Di era teknologi informasi ini umat islam harus belajar lebih disiplin dalam mengelola informasi yang mempunyai potensi ditumpangi oleh berita bohong. Yang pertama yang harus diperhatiukan adalah tanggung jawab kita sesama muslim yang digambarkan oleh Rasulullah SAW. bagaikan satu bangunan untuk saling melindungi dan saling mengokohkan satu bagian terhadap yang lain. Begitu pula untuk saling menutupi aib satu terhadap yang lain, agar Allah menutup aib kita kelak di akhirat. Untuk itu ketika kita mendengar berita yang tidak baik ditujukan kepada saudara kita sesama muslim, maka mestinya sikap yang kita tunjukkan adalah tidak percaya kepada berita tersebut, sampai kita mendapatkan bukti atau kesaksian dari orang yang diberitakan tersebut. Kedua, selalu ada dua sisi dari kedua mata uang. Maka ketika menanggapi sebuah berita hendaknya kita memandangnya dari satu sisi saja. Tidak hanya mempercayai satu pihak saja (yang memberitakan) tetapi juga mempertimbangkan pandangan pihak lain yang menjadi obyek berita. Jangan sampai kita menjadi Dajjal (pembohong) yang digambarkan oleh Rasulullah SAW. bermata satu yang memandang persoalan hanya dengan sebelah mata. Allah SWT. mengingatkan jangan karena kebencian kita terhadap suatu kaum menyebabkan kita berbuat tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dengan ketakwaan (QS. 5 : 8). Yang ketiga, kalu kita mendengar berita miring tentang orang islam atau sekelompok umat islam hendaknya kita bertabayun, seperti dalam ayat yang dikutip diatas (QS. 49 : 6). Hendaknya kita menguji kebenaran berita tersebut kepada orang diberitakan dan mencari informasi terkait dari banyak pihak. Seahingga kita tidak keliru dalam mensikapinya dan tidak menimpahkan musibah kepada orang lain. Seandainya kita menjadi anggota dari satu kumpulan masyarakat yang hidup secara berjama’ah, maka tips yang ke empat Allah SWT. menuntunkan kepada kita untuk menyampaikan berita tersebut kepada pimpinan kita (QS. 4 : 83) apalagi terhadap berita keamanan. Berita yang belum jelas kebenarannya dapat menimbulkan masalah ditengah-tengah umat. Sehingga lebih aman bila ditangani oleh pemimpin. Setiap warga yang ingin mengetahui kebenaran berita itu dapat mengakses langsung kepada pimpinan mereka. Kelima, dengan ikhlas karena Allah semat kita menyampaikan teguran, nasihat dan saran yang membangun kalau kita menjumpai saudara kita dalam kekeliruan. Allah menuntun kita untuk tawashaubilhaq, tawashaubishabr, bahkan seandainya pimpinan melakukan kesalahan hendaknya sebagai makmum kita dengan ikhlas menyampaikan teguran. Rasulullah SAW. memberikan bahwa orang beriman itu tidak keberatan melakukan tiga hal yakni beramal ikhlas karena Allah, menegur pimpinan, dan tetap berada dalam jama’ah. Yang keenam, didalam menegur jangan ada perasan sombong didalam hati kita. Jangan sampai merasa bahwa diri kita lebih baik dari orang yang kita tegur. Mungkin dia salah atau jelek dalam satu hal, tetapi dia pasti memiliki kebaikan dalam banyak hal. Jangan merasa pula kita suci, hanya Allah saja yang mengetahui orang yang bertaqwa (QS. 53 : 32). Yang ketujuh, demi keselamatan kita masing-masing dihadapan Mahkamah Agung fi yaumil hisab kelak hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan orang lain (QS. 49 : 12). Biasanya orang yang mencari kesalahan orang lain itu disebabkan karena kekerdilan jiwanya. Sesak dada dan sempit hatinya ketika melihat kemajuan orang lain. Sehingga munculnya jahat untuk menghambat, menjegal, bahkan merobohkannya. Persis seperti orang-orang munafik yang diberitakan Allah dalam QS. 4 : 61 (kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.)
Yang kedelapan dengan semangat kebersamaan dari kita sama-sama ruju’ ilal - haq. Lapang dada dalam menerima kebenaran meskipun berbeda dengan pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan kita selam ini. Kita harus yakin al haq itu datangnya dari Allah, maka hendaknyalah kita tidak ragu-ragu dalam mengikutinya (QS. 2 : 147).
Yang terakhir, hendaknya kita berlapang dada dalam menerima perbedaan dan pandai mengembangkan sikap toleran. Jangan sampai kita menganggap orang yang berbeda pendapat sebagai lawan yang harus dijatuhkan. Mari kita sama-sama belajar dari Rasulullah SAW. dan para sahabat dalam mengelola perbedaan. Semoga Allah SWT. membimbing kita menuju persatuan, Amin